If I were vs If I was
“if I were” merupakan kata-kata yang umum digunakan pada conditional sentence type 2 (present unreal conditional). Lalu apakah “If I was” dapat pula digunakan pada conditional sentence type 2??
Conditional Sentence: If I Were atau If I was yang Benar?
Baik, “if I were” maupun “if I was” semuanya grammatically correct, namun tergantung konteksnya. “If I were” digunakan pada unreal situation, sedangkan “if I was” statusnya acceptable bagi Cambridge University di English learning test-nya, namun tidak bagi ETS (English Testing Service).
Cambridge University accepts ‘If I was …’ for the unreal conditional on their English learning test series whereas ETS (English Testing Service) does not. This is a case of descriptive grammar (how the language is used) winning out over prescriptive grammar (how the language should be used).
Meskipun dalam percakapan banyak orang Inggris menggunakan “If I was”, namun tetap “If I were” lah yang berstatus grammatically correct. Were merupakan verb di dalam kalimat yang bermakna pengandaian.
In speech, many English people say If I was…, but If I were… is held to be grammatically correct.
Ingat!!! yang di atas adalah penjelasan ketika digunakan sebagai kalimat pengandaian.
Trus kapan benarnya penggunaan “If I was” yang betul-betul benar???? (jadi bingung)
“If I was” yang grammatically correct adalah ketika digunakan semakna subordinate conjunction “when” untuk menyatakan waktu/ketika.
Contoh:
Perhatikan contoh pertama di atas, If diatas bermakana 'ketika' (sebagai subordinative conjunction dalam dependent clause), sedangkan contoh kedua bermakana pengandaian (conditional sentence).
- If I was embarrassed, my face often turned red. (Ketika saya malu, wajah saya sering memerah. <– suatu fakta yang sering terjadi di masa lampau)
- If I were her, my face would turn red. (Jika saya ini dia, wajah saya akan memerah. <– tapi saya bukan dia, hanya pengandaian)
Sebagai referensi tambahan, silahkan baca
Subordinative conjunction
Dependent Clause
Conditional sentence